Tsubasa Reservoir Chronicle Chapter 1 Part 1

Syaoran seorang ahli arkeolog harus berpetualang berkeliling dunia dan dimensi lain demi mengumpulkan pecahan ingatan Sakura yang hilang berupa bulu sayap. Bagaimana petualangan Syaoran dan kawan-kawan? Baca Manga Teksnya di blog ini ya

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 14 Maret 2014

Let Me Fall


Author : Indri Aspiani
Genre : romance, sad, drama, etc
Cast : Allsafta Candra
Giovani Sanders
Alisca Wontman
Andera Hitama
Patricia Malley
Allsafta POV
Memulai hari dengan senyuman membuat hari itu
terasa indah. Ya itulah pesan ibuku yang selalu ku
ingat sampai sekarang. Hidup di negara LA yang
penuh dengan tuntutan pekerjaan dan pergaulan
yang bisa dibilang cukup extrem membuatku akan
hati-hati dalam memilih teman. Usiaku 16tahun
tinggal di sebuah apartemen yang sederhana
seorang diri dikarenakan ibuku sudah meninggal
sejak 2 tahun yang lalu, dan ayahku entahlah aku
tidak mau membahas dia lagi dan sudah tak peduli
ku dengannya. Aku bekerja diaalah satu cafe
“Crara” untuk mencukupi kebutuhanku. Jam sudah
menunjukan 07.35 am dan aku tak mau datang
terlambat, dengan cepat aku berlari ke kamar
mandi. Setelahnya aku memakai t-shirt putih
celana jeans, dan tak lupa sepatu sneakers ku abu-
abu, memakai sedikit make up untuk menunjang
penampilanku. Oke saatnya bekerja.
15 menit aku sampai disana,ternyata alisca sudah
datang terlebih dahulu dan dia sedang prepare.
“morning ca, bagaimana kabarmu hari ini?” sapaku
dengan suara yang cukup tinggi membuatnya
tersentak sesaat. “woaaahh kau ini selalu saja
tidak berubah jika menyapaku, hampir saja
jantungku lepas karna kau, aku baik dan seperti
yang kau lihat” katanya dengan tertawa riang. “oke
oke sepertinya ada suatu hal yang membuat kau
begitu ceria, ataukah andera berbuat romantis lagi
hmm?” godaku. Dan gotcha membuat pipinya
memerah, haha. Sambil bersiap-siap membuka
restaurant aku terus saja menggodanya, biarkan
sajalah, hihih. “ihhhh kau ini, selalu saja! Sudahlah
kita harus bekerja sebelum Mr.Phill memberi kita
tatapan mematikannya, hhahaha”. Ucapnya dan
selanjutnya kami bekerja.
Author POV
Susasana di cafe “crara” sangatlah ramai. Seperti
cafe lainnya setiap jam makan siang pelanggang
berdatangan untuk mengisi perut mereka yang
kosong. Apalagi di musim dingin sekarang ini.
Seseorang berdiri di sudut cafe dan matanya
mengarahkan ke dalam cafe, bisa dibilang
seseorang itu telah memandang pelayan tersebut
dengan cara sembunyi. Tak peduli bisikkan orang
lain yeng mengira dia mavia, atau serupanya.
Matanya tetap saja memandang ke dalam cafe. Ya
setiap jam makan siang dia memang sudah sering
bersikap seperti ini, berdiri dan mamandang
seseorang pelayan hingga 20 menit lamanya. Aneh
bukan?
Hingga yang merasa dilihatnya pun merasakan hal
yang sama, walaupun tak berada dalam suatu
ruangan tapi entah darimana ia merasakan feeling
bahwa ada seseorang yang memperhatikannya.
Giovani POV
Setiap hari aku disibukkan dengan sejumlah
berkas-berkas yang membuat otakku terbakar, dan
belum lagi mendatangi sejumlah meeting dengan
perusahaan untuk membuat suatu kerja sama. Itu
sangat membosankan! Erangku dengan memijit
pelipisku sebelah kanan. “tok tok , siang Mr.
Apakah saya boleh masuk??” ucap seseorang.
Sontak ku angkat kepalaku menoleh sumber asal
suara itu. Dan ternyata dia Patricia Malley
sekertarisku. “Yaa silahkan kau boleh masuk”
ucapku dengan nada datar. "maaf Mr. ada berkas
yang harus Mr.tanda tangani, dan ada beberapa
meeting dengan client untuk pembangunan Hotel di
depan Cafe "Crara"." ujarnya dengan sopan. "oke"
jawabku singkat. sejujurnya aku sangat muak
dengan ini semua ini, aku butuh hiburan supaya
otak ini fresh. Dengan malasnya aku mentanda-
tangani berkas-berkasi itu. "baik, terima kasih Mr.
saya izin keluar dulu" ujar Patricia sopan. aku
hanya menganggukan kepala. setelah itu aku baru
teringat dengan perkataan Patricia bahwa aku ada
kerja sama dengan client untuk pebangunan hotel
di depan Cafe "Crara" dan Gotcha!!!!! itu artinya aku
bisa terus memperhatikan gadis itu dengan waktu
yang lama,, ooohhhh thanks God! , teriakku.
Author
jam sudah menunjukkan pukul 9 malam berarti
saatnya Allsafta pulang dan berhenti menjadi
pelayan di Cafe "Crara". hari ini di cafe sangat
ramai diakibatkan jumat malam banyak pasangan
kekasih menghabiskan waktu mereka dengan cara
dinner atau lainnya. terlihat sekali raut wajahnya
menunjukkan dia kelelahan. sampai didepan cafe
all melihat sahabatnya Alisca dijeput dengan
kekasihnya Andrea. ada rasa iri dihatinya
bagaimanapun All ingin seperti Alisca. punya
kekasih yang setiap pulang kerja selalu dijemput,
meenghabiskan waktu bersama dan setiap satnite
melakukan kencan dengan berkunjung suatu taman
bermain, membeli permen kapas, atau sekedar
makan ice cream bersama. tapi entah sampai
kapan semua itu akan terjadi. hanya tuhan yang
berhak menetukan itu semua.
Alisca POV
aku sangat senang sekali hari ini andrea
menjeputku dan dia ingin mengajakku ke suatu
tempat yang sampai saat ini dia pun tak
memberitahuku dimana tempat itu. aku hanya
duduk manis dan menuruti saja apa perkataannya.
uhh dasar! kalau saja dia bukan kekasihku tak
segan-segan aku menjambak rambutnya atau
mencubit tangannya hingga memerah. dari dalam
cafe hingga keluar, andrea tak hentinya
menggombali aku dengan perkataannya hingga
membuatku memerah dan malu hingga kami
tertawa tanpa memperdulikan karyawan lain, disaat
aku dan andrea tiba didepan aku melihat All sedang
melamun. "All apakah kau baik-baik saja?" tanya
andrea dengan nada cemas. akupun langsung
menghapiri All dan ku sentuh bahunya sontak
membuat All tersentak kaget. "hmmmm,, mmm ohh
hi a-alisca, hi andrea, sejak kapan hmm kalian
disini?" ucapnya dengan nada terbata-bata. "kami
baru 2 menit yg lalu disini all, tapi sedari tadi dari
kejauhan kami memperhatikanmu sedang melamun.
apakah kau ada masalah All?" tanyaku padanya. ia
tersentak kaget dengan pertanyaan yang ku
berikan, aneh sekali. "haa, ohh ohhmm tidak tidak,
tidak apa-apa.. hmm im fine yes really fine"
ucapnya dengan nada yang di buat menyakinkan.
aku merasa semakin aneh sekali sikapnya. atau
jangan-jangan dia merasa iri melihatku bermesraan
dengan andrea???. ohh God aku tak bermaksud
membuat sahabatku ini ,erasa iri, erangku dalam
hati. "okee kalau begitu kami duluan ya All, hati-
hati dijalan, Bye All" ucap Andrea yang tiba-tiba
membuyarkan lamunanku sambil dia menggandeng
lenganku untuk mengikutinya. ku tolehkan ke arah
All yang masih diam disana sambil melambaikan
tangan.
Author POV
suasana malam hari ini tidak seperti biasanya.
angin berhembus dengan kencang menandakan
akan turun hujan. seorang gadis bernama Allsafta
sedang duduk di bangku halte menunngu Bus untuk
sampai kerumahnya. sudah 15 menit lamanya
gadis itu menunggu sambil berkutik dengan
ponselnya guna mengurangi penatnya selama
menunggu. Tiba-tiba hujanpun turun dengan
derasnya, sontak membuat gadis itu mendesah
dengan kecewa karna sampai jam segini dia belum
kembali kerumahnya. mobil lamorgini silver
berhenti tepat didepan halte, seseorang pria berjas
hitam menghapiri gadis yang sedang duduk, dan ia
pun duduk tepat disebelah All.
Allsafta POV
menunggu hal yang paling ku hindari dari hidupku.
aku muak dengan yang namanya menunggu! huh
kalau saja aku sudah mengumpulkan banyak uang
akan ku beli sepeda motor tidak menunggu dihalte
sampai Bus datang. tiba-tiba mobil berhenti tepat
didepanku dan seseorang turun. aku tersentak
kaget dan berfikir buat apa pria itu turun dan
berteduh dihalte, sedangkan dia menggunakan
mobil dan demi neptunus pasti tidak akan
kebahasan. otakku mulai berfikir yang macem-
macem, ohh tuhan lindungilah kau dari segala
bahaya, ucapku dalam hati. pria itu duduk
disampingku dangan pandangan lurus kedepan, dan
aku tidak menghiraukannya, menatapnya saja
tidak!. huh ! "hii.." pria itu menyapaku, dengan
malasnya aku menoleh kearahnya guna untuk
menyapa balik dan aku tak mau di cap sebagai
cewek sombong. "ohh hiii.. " sapaku dan Gezzzz!
pria itu tersenyum padaku dan oh tampan sekali,
matanya yang berwarna coklat, alisnya tebal,
hidungnya mancung eiits sudah-sudah kenapa jadi
membahas pria ini sih. "namaku Giovani Sanders,
siapa namamu?" ucapnya sambil terus tersenyum
dan mengulurkan tangannya. "hii.. namaku Allsafta
Candra, senang berkenalan denganmu". tak kalah
aku memberikan dia senyuman ku hehehe.. "senang
berkenalan denganmu juga, allsafta nama yang
cantik seperti orangnya". ucapnya lagi dengan
gombalannya. "ohh kamu ini berlebihan , hehehehe
terima kasih" sambil menunggu hujan aku dan Gio
berbicara untuk sekedar saling kenal, Gio sangat
asik diajak ngobrol terkadang dia mulai merayuku
lagi dengan gombalannya yang garing tapi cukup
membuatku tertawa. jarang sekali bagiku untuk
mengobrol dengan orang yang baru ku kenal
sampai 1 jam lamanhya, whooaaahh sepertinya aku
sudah mengenal lama sekali heheheh..

Selasa, 01 Oktober 2013

Tsubasa Reservoir Chronicle Chapter 1 Part I




The Beginning of The World


Negeri Clow


Seorang berjubah sedang berjalan di tengah padang pasir dengan menggunakan kacamata khusus agar matanya tak terkena pasir yang tertiup angin. Di belakangnya ia memikul kantung dengan ukuran besar. Menuju sebuah rumah lalu membuka pintu.

"Aku pulang." ia kemudian meletakkan kantong berukuran besar tadi di atas meja lalu mengambil sebuah bingkai foto bergambar ayahnya dan dirinya di saat masih kecil. Terlihat seorang bocah bergelayut manja di pundak ayahnya sambil tersenyum.

"Ayah, sepertinya peninggalan sejarah negeri ini memang terkubur dalam sekali. Tepat seperti dugaan ayah. Penggalian situs di bagian barat juga sudah sangat maju." ujarnya berbicara pada foto.

TOK TOK TOK!!!

Suara pintu diketuk dari luar. Pria itu lalu berjalan menuju pintu dan membukanya.
"Iya" sapanya. Tiba-tiba seorang gadis langsung memeluknya ketika pintu dibuka. Membuat si pemuda terkejut.

"Syaoran!!! Selamat datang! Bagaimana penggalian situsnya? Kamu tidak luka 'kan? Tidak demam 'kan? Makannya teratur 'kan?" cecar gadis itu dengan berbagai macam pertanyaan.

"I-Iya. Aku baik-baik saja. Aku baik-baik saja Tuan Putri."

"Aku sudah bilang, jangan pakai kata terlalu formal begitu!"

"Ta-tapi... Tuan Putri..."

"Kan sudah kubilang cukup memanggilku Sakura" Sakura memalingkan wajahnya dengan muka cemberut.

"Ya, baik. Uh,, Umm...."

"Sakura!!!" bentaknya

"I-iya. Sa-sakura." Sakura tersenyum dengan sangat manis. Akhirnya Syaoran tidak lagi memanggilnya Tuan Putri. Tapi tetap saja Syaoran belum terbiasa memanggil namanya secara langsung. Bagaimanapun Sakura adalah Tuan Putri di Negeri Clow.

"Maaf. Pasti susah ya?" Syaoran tampak salah tingkah. "Selamat datang Syaoran" sambutnya. Tiba-tiba suasananya menjadi sunyi dan kaku

"Te-terima kasih. Tapi kenapa kamu bisa tau dengan cepat kalau aku sudah pulang?"

"Hari ini ada orang dari tim peninggalan situs datang ke istana untuk  melaporkan perkembangan proyek penggalian."

"Tapi apa tidak apa-apa kalau Sakura tidak berada di istana?"

"Mendengarkan laporan itu adalah tugas kakak, bukan aku. Kalau orang dari Tim datang ke istana berarti Syaoran juga sudah pulang kan" ucap Sakura bertingkah seperti anak kecil dan manja.

"Apa kau ke sini sendirian lagi?"

"Iya!!!"

PLAK!!! Syaoran menepuk jidatnya. Ia khawatir soal kakak laki-laki Sakura yang tidak menyukai dirinya.

"Seperti biasa... Mood kakak pasti jelek kalau tau aku ke tempat Syaoran. Padahal Syaoran adalah temanku yang sangat penting dan kita sudah berteman sejak kecil. Iya 'kan?" Sakura tersenyum senang. Senyum khas seorang Tuan Putri. Sementara Syaoran menatapnya penuh arti mendengar apa yang dikatakan Sakura barusan.
"Sudah tujuh tahun yang lalu ya sejak Syaoran dan ayahmu datang ke sini" kenang sakura. "Ayah Syaoran yang ahli arkeologi dari negeri lain, berniat menggali situs di negeri Clow karena tertarik dengan peninggalan sejarahnya. Katanya ada situs peniggalan sejarah yang terkubur di padang pasir negeri ini. Ayah Syaoran membujuk ayahku untuk memulai menggali peninggalan situs agar mengetahui sejarah negeri ini. Lalu mereka bersiap untuk memulai penggalian situs di padang pasir yang berbahaya ini. Dan penggalian situs itupun dimulai"

"Ayahku meninggal dunia saat penggalian situs" potong Syaoran. "Tapi sebelum wafat ia mengatakan bahwa hidupnya bahagia" kenangnya sambil tersenyum.

"Padahal saat ayahmu meninggal aku selalu mengajakmu untuk tinggal di istana."

"Tapi aneh jika aku tinggal di dalam istana."

"Tidak aneh!!! Karena kamu itu temanku sejak kecil!"

"Rakyat biasa yang bukan keturunan Raja tidak boleh tinggal di istana" jelas Syaoran. "Lagipula, upahku dari hasil membantu proyek penggalian cukup kok untuk membiayai hidupku"

"Tapi..." Sakura nampak resah. "akhir-akhir ini aki jadi jarang ketemu Syaoran. Aku jadi kesepian. Bagaimana dengan Syaoran sendiri?"

"Iya... Aku juga. Tapi bagiku dan ayah,,, peninggalan situs itu...."

"Aku mengerti..." potong Sakura. "itu adalah impian yang sangat penting 'kan? Aku mengerti tapi... Aku selalu ingin bersama Syaoran." Sakura tertunduk. matanya menjadi sayu. "Setiap malam di kamarku di istana, sebelum tidur aku selalu berpikir 'Apa yang sedang Syaoran lakukan? Apa Syaoran di sana juga memikirkanku?' " mata Sakura menjadi semakin sendu.

"Iya, aku juga. Aku selalu memikirkanmu, Sakura." Syaoran tersenyum pasti.

"Syaoran... Aku.....Ada sesuatu yang ingin aku katakan" ujar Sakura dengan wajah tertunduk dan perasaan malu.

"Eh? Apa itu?"

"Aku rasa aku mencinttt......."

TEENNGGG TOOONGGGG!!!!

Suara lonceng terdengar begitu kencang membuat Sakura dan Syaoran terkejut.

"Itu bunyi lonceng istana" Syaoran melihat ke arah istana dari jendela. "Sudah waktunya makan malam" sambungnya. "Apa kau baik-baik saja Sakura?" Tanya Syaoran karena melihat sakura menjadi bertingkah aneh. Keringat dingin juga keluar dari kening dan pelipis sakura.

"Ah? Mmm.. Iya. Aku baik-baik saja kok." ucapnya sambil mengusap keringat dinginnya yang terus keluar dari dahi. "Sepertinya kakak sengaja membunyikan lonceng untuk mengganguku!! Ugh! Dasar kakak!!!" ujar Sakura dengan nada berbisik tapi masih bisa di dengar Syaoran.

"Apa maksudmu?"

"Loncengnya sudah berbunyi, aku harus cepat pulang." Sakura berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Aku antar kamu pulang ya?"

"Tidak usah kok. Syaoran 'kan masih capek baru pulang. Aku bisa pulang sendiri kok. Lagipula semua penduduk di sini baik-baik."

"Iya, itu benar. Aku sudah berkeliling banyak negeri bersama ayah, tapi di sini aku merasa paling tenang dan damai."

"Terima kasih." "Mmmm... Soal yang tadi.... Hal  yang ingin aku katakan padamu.... Lain kali saja yah?" ujar Sakura memalingkan wajahnya ke arah pintu keluar bersiap untuk pergi.

"Huh? Oh, oke."

"Pasti akan ku katakan. Tunggulah, pasti ku katakan." Lalu sakura pamit dan berjalan keluar dari rumah Syaoran menuju istana. Di jalan, banyak orang yang menyapa Sakura. Sebagai Tuan Puteri negeri Clow, banyak orang-orang yang mengenalnya.

Di balik jendela, Syaoran masih menatap kepergian Sakura.
"Benar katamu ayah. Walaupun Sakura temanku sejak kecil, tapi dia tetaplah Tuan Puteri."


Istana Negeri Clow

Sakura berjalan mengendap-ngendap agar tidak ketahuan penghuni istana yang lain kalau dia baru saja keluar istana.

"AKU MELHATMU SAKURA!!!"

Sebuah suara terdengar dari salah satu singga sana istana. Diatasnya duduk seorang lelaki menggunakan baju kerajaan.

"A-Aku pulang, kakak Toya" Sakura menjadi gugup karena tertangkap basah.

"Kau dari rumah bocah penggali itu lagi 'kan?" tanya lelaki yang di panggil Kaka Toya oleh Sakura itu. Gayanya sedikit angkuh dengan menyandarkan punggungnya di singga sana sambil menopang dagu dengan punggung tangannya."

"Dia bukan bocah!!! Namanya Syaoran!!!" geram Sakura dengan muka merah mendidih.

"Mau bocah atau apa kek, tapi bagiku dia tetap bocah.

"Dia bukan bocah!!! Dia itu hebat! Sudah tinggal sendiri, dia juga bekerja untuk membiayai hidupnya sendiri!!!"

"Biar bagaimanapun bagiku dia tetap bocah!!!"

"Itu tidak benar! Dasar kakak bodoh!!!" Kedua kakak beradik itupun saling adu mulut layaknya anak kecil sambil mengadu jidat. Benar-benar kekanak-kanakan!!

"Bagaimana kalau kalian hentikan sekarang perkelahian kalian." Sebuah suara terdengar dari belakang Sakura.

"Yukito-San." Sapa Sakura ketika menoleh ke belakang. "Apa pekerjaanmu sudah selesai?"


"Iya, karena tadi sudah ada orang dari proyek pembangunan yang datang melapor." Jelas Yukito. "Aku akan menunggu di sini bersama Raja." ujarnya sambil tersenyum ramah.

"Waahh... Yukito hebat ya, pekerjaannya sudah selesai!"

"Ahaha... Dia memang hebat. Tidak seperti kau!!" ledek Kaka yang membuat Sakura menjadi geram.

"Sudah sejauh mana tahap penggalian?" Tanya Sakura pada Yukito.

"Sudah hampir dalam tahap akhir kok."

"Berarti sebentar lagi akan selesai yah?"

"Hmm... Sepertinya belum."  Kaka yang menjawab. "Soalnya situs peninggalan sejarah itu bukan hanya yang ada di atas tanah.

"Mereka menemukan terowongan bawah tanah."  Yukito menambahkan yang membuat Sakura terkejut.

"APA?!"

"Belum diketahui seberapa luasnya. Tapi aku sudah memberikan izin untuk meneruskan proyeknya." lanjut Toya. "Dan..... Bocah penggali itu..... AKAN-TETAP-SELALU-DAN-AKAN-PASTI-SANGAT-SELALU-SIBUK!!!' Sakura terlihat kesal dan apel yang baru saja diambilnya menjadi bulan-bulanannya. Kaka terlihat senang dengan penderitaan Sakura.

"Aku tahu kok, Syaoran itu seperti ayahnya yang sangat mencintai hal yang berbau sejarah. Kalau dia mengeahui ada penemuan baru pasti dia akan senang." Sakura berteriak lalu pergi meninggalkan Kaka dan Yukito dengan perasaan sedih.

"Lagi-lagi anda membuat Tuan Puteri sedih. Itu tidak baik, Raja." Yukito memberi nasehat.

"Jika hanya kita berdua, jangan terlau formal begitu, Yukito."

"Baik."

"Kita ini adalah teman. Walau kedudukan kita adalah raja dan petinggi kuil.

"Iya, Yang Mulia. Eh, Toya."

"Tapi aku tetap tidak suka bocah gila itu!!!" Kaka masih keras kepala.

"Ternyata kau sangat menyayangi adikmu, ya?"

"Iya. Dia keluargaku satu-satunya yang tersisa di negeri ini."

"Ya. Biasanya juga seorang Puteri tidak terlalu dekat dengan rakyat biasa seperti itu."

"Tapi... Apa benar jika dia adalah orang yang ditakdirkan itu." Kaka teringat sesuatu.

"Iya betul. Syaoran ditakdirkan akan bersama sang Puteri." terang Yukito.

"Tapi jika ramalanmu benar, aku sangat muak!!" Toya melipat kedua tangannya di depan dada sambil menghela napas.

"Ya. Dan bahaya besar sedang menani mereka berdua. Masalah yang sangat besar." Yukito seperti memikirkan sesuatu. Wajahnya tampak serius.   "Tuan Puteri memiliki kekuatan yang ajaib. Aku sendiri tidak bisa memastikan apa itu. Tapi satu hal yang pasti..." kalimat Yukito menggantung. Ada jeda beberapa saat sebelujm ia melanjutkan. "Kekuatan Tuan Puteri mampu merubah dunia. Tapi kekuatan itu juga mampu membawa masalah besar."


Bersambung....

Semakin Sendiri (J-ROCKS)



Semakin lama ku rasa
Semua ini semakin tak nyata
Kehidupanku bagaikan mimpi yang kutunggu tuk terbangunkan


Tak ada yang mengerti
Ku merasa semakin sendiri
Bagaikan rumput kecil yang tumbuh di gurun pasir yang sepi


Sendiri....
Hatiku semakin merasa sepi
Tak ada yang mau coba mengerti
Tentang keadaan yang kurasakan

Ku rindu
Rindu akan belaian cinta
Hanya cintalah yang bisa memberi
Kedamaian di jiwa


Lyric by: J-Rocks

Yang mau mendengar lagunya bisa klik di sini