Selasa, 01 Oktober 2013

Tsubasa Reservoir Chronicle Chapter 1 Part I




The Beginning of The World


Negeri Clow


Seorang berjubah sedang berjalan di tengah padang pasir dengan menggunakan kacamata khusus agar matanya tak terkena pasir yang tertiup angin. Di belakangnya ia memikul kantung dengan ukuran besar. Menuju sebuah rumah lalu membuka pintu.

"Aku pulang." ia kemudian meletakkan kantong berukuran besar tadi di atas meja lalu mengambil sebuah bingkai foto bergambar ayahnya dan dirinya di saat masih kecil. Terlihat seorang bocah bergelayut manja di pundak ayahnya sambil tersenyum.

"Ayah, sepertinya peninggalan sejarah negeri ini memang terkubur dalam sekali. Tepat seperti dugaan ayah. Penggalian situs di bagian barat juga sudah sangat maju." ujarnya berbicara pada foto.

TOK TOK TOK!!!

Suara pintu diketuk dari luar. Pria itu lalu berjalan menuju pintu dan membukanya.
"Iya" sapanya. Tiba-tiba seorang gadis langsung memeluknya ketika pintu dibuka. Membuat si pemuda terkejut.

"Syaoran!!! Selamat datang! Bagaimana penggalian situsnya? Kamu tidak luka 'kan? Tidak demam 'kan? Makannya teratur 'kan?" cecar gadis itu dengan berbagai macam pertanyaan.

"I-Iya. Aku baik-baik saja. Aku baik-baik saja Tuan Putri."

"Aku sudah bilang, jangan pakai kata terlalu formal begitu!"

"Ta-tapi... Tuan Putri..."

"Kan sudah kubilang cukup memanggilku Sakura" Sakura memalingkan wajahnya dengan muka cemberut.

"Ya, baik. Uh,, Umm...."

"Sakura!!!" bentaknya

"I-iya. Sa-sakura." Sakura tersenyum dengan sangat manis. Akhirnya Syaoran tidak lagi memanggilnya Tuan Putri. Tapi tetap saja Syaoran belum terbiasa memanggil namanya secara langsung. Bagaimanapun Sakura adalah Tuan Putri di Negeri Clow.

"Maaf. Pasti susah ya?" Syaoran tampak salah tingkah. "Selamat datang Syaoran" sambutnya. Tiba-tiba suasananya menjadi sunyi dan kaku

"Te-terima kasih. Tapi kenapa kamu bisa tau dengan cepat kalau aku sudah pulang?"

"Hari ini ada orang dari tim peninggalan situs datang ke istana untuk  melaporkan perkembangan proyek penggalian."

"Tapi apa tidak apa-apa kalau Sakura tidak berada di istana?"

"Mendengarkan laporan itu adalah tugas kakak, bukan aku. Kalau orang dari Tim datang ke istana berarti Syaoran juga sudah pulang kan" ucap Sakura bertingkah seperti anak kecil dan manja.

"Apa kau ke sini sendirian lagi?"

"Iya!!!"

PLAK!!! Syaoran menepuk jidatnya. Ia khawatir soal kakak laki-laki Sakura yang tidak menyukai dirinya.

"Seperti biasa... Mood kakak pasti jelek kalau tau aku ke tempat Syaoran. Padahal Syaoran adalah temanku yang sangat penting dan kita sudah berteman sejak kecil. Iya 'kan?" Sakura tersenyum senang. Senyum khas seorang Tuan Putri. Sementara Syaoran menatapnya penuh arti mendengar apa yang dikatakan Sakura barusan.
"Sudah tujuh tahun yang lalu ya sejak Syaoran dan ayahmu datang ke sini" kenang sakura. "Ayah Syaoran yang ahli arkeologi dari negeri lain, berniat menggali situs di negeri Clow karena tertarik dengan peninggalan sejarahnya. Katanya ada situs peniggalan sejarah yang terkubur di padang pasir negeri ini. Ayah Syaoran membujuk ayahku untuk memulai menggali peninggalan situs agar mengetahui sejarah negeri ini. Lalu mereka bersiap untuk memulai penggalian situs di padang pasir yang berbahaya ini. Dan penggalian situs itupun dimulai"

"Ayahku meninggal dunia saat penggalian situs" potong Syaoran. "Tapi sebelum wafat ia mengatakan bahwa hidupnya bahagia" kenangnya sambil tersenyum.

"Padahal saat ayahmu meninggal aku selalu mengajakmu untuk tinggal di istana."

"Tapi aneh jika aku tinggal di dalam istana."

"Tidak aneh!!! Karena kamu itu temanku sejak kecil!"

"Rakyat biasa yang bukan keturunan Raja tidak boleh tinggal di istana" jelas Syaoran. "Lagipula, upahku dari hasil membantu proyek penggalian cukup kok untuk membiayai hidupku"

"Tapi..." Sakura nampak resah. "akhir-akhir ini aki jadi jarang ketemu Syaoran. Aku jadi kesepian. Bagaimana dengan Syaoran sendiri?"

"Iya... Aku juga. Tapi bagiku dan ayah,,, peninggalan situs itu...."

"Aku mengerti..." potong Sakura. "itu adalah impian yang sangat penting 'kan? Aku mengerti tapi... Aku selalu ingin bersama Syaoran." Sakura tertunduk. matanya menjadi sayu. "Setiap malam di kamarku di istana, sebelum tidur aku selalu berpikir 'Apa yang sedang Syaoran lakukan? Apa Syaoran di sana juga memikirkanku?' " mata Sakura menjadi semakin sendu.

"Iya, aku juga. Aku selalu memikirkanmu, Sakura." Syaoran tersenyum pasti.

"Syaoran... Aku.....Ada sesuatu yang ingin aku katakan" ujar Sakura dengan wajah tertunduk dan perasaan malu.

"Eh? Apa itu?"

"Aku rasa aku mencinttt......."

TEENNGGG TOOONGGGG!!!!

Suara lonceng terdengar begitu kencang membuat Sakura dan Syaoran terkejut.

"Itu bunyi lonceng istana" Syaoran melihat ke arah istana dari jendela. "Sudah waktunya makan malam" sambungnya. "Apa kau baik-baik saja Sakura?" Tanya Syaoran karena melihat sakura menjadi bertingkah aneh. Keringat dingin juga keluar dari kening dan pelipis sakura.

"Ah? Mmm.. Iya. Aku baik-baik saja kok." ucapnya sambil mengusap keringat dinginnya yang terus keluar dari dahi. "Sepertinya kakak sengaja membunyikan lonceng untuk mengganguku!! Ugh! Dasar kakak!!!" ujar Sakura dengan nada berbisik tapi masih bisa di dengar Syaoran.

"Apa maksudmu?"

"Loncengnya sudah berbunyi, aku harus cepat pulang." Sakura berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Aku antar kamu pulang ya?"

"Tidak usah kok. Syaoran 'kan masih capek baru pulang. Aku bisa pulang sendiri kok. Lagipula semua penduduk di sini baik-baik."

"Iya, itu benar. Aku sudah berkeliling banyak negeri bersama ayah, tapi di sini aku merasa paling tenang dan damai."

"Terima kasih." "Mmmm... Soal yang tadi.... Hal  yang ingin aku katakan padamu.... Lain kali saja yah?" ujar Sakura memalingkan wajahnya ke arah pintu keluar bersiap untuk pergi.

"Huh? Oh, oke."

"Pasti akan ku katakan. Tunggulah, pasti ku katakan." Lalu sakura pamit dan berjalan keluar dari rumah Syaoran menuju istana. Di jalan, banyak orang yang menyapa Sakura. Sebagai Tuan Puteri negeri Clow, banyak orang-orang yang mengenalnya.

Di balik jendela, Syaoran masih menatap kepergian Sakura.
"Benar katamu ayah. Walaupun Sakura temanku sejak kecil, tapi dia tetaplah Tuan Puteri."


Istana Negeri Clow

Sakura berjalan mengendap-ngendap agar tidak ketahuan penghuni istana yang lain kalau dia baru saja keluar istana.

"AKU MELHATMU SAKURA!!!"

Sebuah suara terdengar dari salah satu singga sana istana. Diatasnya duduk seorang lelaki menggunakan baju kerajaan.

"A-Aku pulang, kakak Toya" Sakura menjadi gugup karena tertangkap basah.

"Kau dari rumah bocah penggali itu lagi 'kan?" tanya lelaki yang di panggil Kaka Toya oleh Sakura itu. Gayanya sedikit angkuh dengan menyandarkan punggungnya di singga sana sambil menopang dagu dengan punggung tangannya."

"Dia bukan bocah!!! Namanya Syaoran!!!" geram Sakura dengan muka merah mendidih.

"Mau bocah atau apa kek, tapi bagiku dia tetap bocah.

"Dia bukan bocah!!! Dia itu hebat! Sudah tinggal sendiri, dia juga bekerja untuk membiayai hidupnya sendiri!!!"

"Biar bagaimanapun bagiku dia tetap bocah!!!"

"Itu tidak benar! Dasar kakak bodoh!!!" Kedua kakak beradik itupun saling adu mulut layaknya anak kecil sambil mengadu jidat. Benar-benar kekanak-kanakan!!

"Bagaimana kalau kalian hentikan sekarang perkelahian kalian." Sebuah suara terdengar dari belakang Sakura.

"Yukito-San." Sapa Sakura ketika menoleh ke belakang. "Apa pekerjaanmu sudah selesai?"


"Iya, karena tadi sudah ada orang dari proyek pembangunan yang datang melapor." Jelas Yukito. "Aku akan menunggu di sini bersama Raja." ujarnya sambil tersenyum ramah.

"Waahh... Yukito hebat ya, pekerjaannya sudah selesai!"

"Ahaha... Dia memang hebat. Tidak seperti kau!!" ledek Kaka yang membuat Sakura menjadi geram.

"Sudah sejauh mana tahap penggalian?" Tanya Sakura pada Yukito.

"Sudah hampir dalam tahap akhir kok."

"Berarti sebentar lagi akan selesai yah?"

"Hmm... Sepertinya belum."  Kaka yang menjawab. "Soalnya situs peninggalan sejarah itu bukan hanya yang ada di atas tanah.

"Mereka menemukan terowongan bawah tanah."  Yukito menambahkan yang membuat Sakura terkejut.

"APA?!"

"Belum diketahui seberapa luasnya. Tapi aku sudah memberikan izin untuk meneruskan proyeknya." lanjut Toya. "Dan..... Bocah penggali itu..... AKAN-TETAP-SELALU-DAN-AKAN-PASTI-SANGAT-SELALU-SIBUK!!!' Sakura terlihat kesal dan apel yang baru saja diambilnya menjadi bulan-bulanannya. Kaka terlihat senang dengan penderitaan Sakura.

"Aku tahu kok, Syaoran itu seperti ayahnya yang sangat mencintai hal yang berbau sejarah. Kalau dia mengeahui ada penemuan baru pasti dia akan senang." Sakura berteriak lalu pergi meninggalkan Kaka dan Yukito dengan perasaan sedih.

"Lagi-lagi anda membuat Tuan Puteri sedih. Itu tidak baik, Raja." Yukito memberi nasehat.

"Jika hanya kita berdua, jangan terlau formal begitu, Yukito."

"Baik."

"Kita ini adalah teman. Walau kedudukan kita adalah raja dan petinggi kuil.

"Iya, Yang Mulia. Eh, Toya."

"Tapi aku tetap tidak suka bocah gila itu!!!" Kaka masih keras kepala.

"Ternyata kau sangat menyayangi adikmu, ya?"

"Iya. Dia keluargaku satu-satunya yang tersisa di negeri ini."

"Ya. Biasanya juga seorang Puteri tidak terlalu dekat dengan rakyat biasa seperti itu."

"Tapi... Apa benar jika dia adalah orang yang ditakdirkan itu." Kaka teringat sesuatu.

"Iya betul. Syaoran ditakdirkan akan bersama sang Puteri." terang Yukito.

"Tapi jika ramalanmu benar, aku sangat muak!!" Toya melipat kedua tangannya di depan dada sambil menghela napas.

"Ya. Dan bahaya besar sedang menani mereka berdua. Masalah yang sangat besar." Yukito seperti memikirkan sesuatu. Wajahnya tampak serius.   "Tuan Puteri memiliki kekuatan yang ajaib. Aku sendiri tidak bisa memastikan apa itu. Tapi satu hal yang pasti..." kalimat Yukito menggantung. Ada jeda beberapa saat sebelujm ia melanjutkan. "Kekuatan Tuan Puteri mampu merubah dunia. Tapi kekuatan itu juga mampu membawa masalah besar."


Bersambung....

0 komentar: